Ella Sponge
Last Child - Percayalah Lyrics

ujian hidup yang selalu menerpamu
yang berjuang untuk hidup yang hanya sementara
rasa perihnya hujan di hatimu
yang diberikan oleh rasa yang hanya sementara

kita hidup di dunia yang penuh tanda tanya
yang tak mungkin kau ubah dan terpaksa mengikutinya
kita berada di antara benar atau salah
yang tak mungkin dapat kau ukur dengan rasa

berdoalah, sampaikan pada Tuhan semua keluh kesahmu
Dia kan menjawabnya
percayalah, dia kan menunjukkan kasihNya padamu
melalui jalannya, percayalah

wahai kamu yang tak seperti mereka
yang terlihat cerah menjalani hidupnya
pandangan hidup yang selalu lihat ke atas saja
jadi pemicu keinginan yang tiada habisnya

bersujudlah, akui pada Tuhan semua kelemahanmu
Dia kan menguatkannya
memohonlah, Dia kan memberikan yang terbaik untukmu
melalui caraNya, percayalah

berdoalah, sampaikan pada Tuhan semua keluh kesahmu
Dia kan menjawabnya
percayalah, dia kan menunjukkan kasihNya padamu
melalui jalannya, percayalah

bersujudlah, akui pada Tuhan semua kelemahanmu
Dia kan menguatkannya
memohonlah, Dia kan memberikan yang terbaik untukmu
melalui caraNya, percayalah
lirik ini membuat hati ku menjadi tenang. memberikan motivasi kepada ku bahwa dengan adanya ALLAH SWT kita harus percaya denganNYA,masalah-masalah yang DIA berikan harus dijalani dengan tenang dan percaya pasti ada jalan keluarnya. Amien......:)
Ella Sponge
hari ini hari Rabu tanggal 18 April 2012..
huft hari berjalan tanpa berhenti ya,,andai aku bisa menghentikan waktu, sayangnya tidak bisa karena aku hanya manusia biasa. oke..aku akan ngepost tentang kejadian waktu hari minggu kemarin. Allah SWT memang Maha Adil, Maha Kuasa, Maha Segala-galanya. betapa tidak, rencana yang semulanya akan dibuat aku dengan teman ku yang bernama Zaki gagal. tetapi di waktu lain kami dipertemukan dengan tidak sengaja di Semarang. betapa tidak persahabatan yang lama sudah kami jalani sejak SMA kelas satu (masih unyu-unyu n kayanya belum ada FB dehh) hehehe..Aku, Zaki, dan Uus sudah berteman selama kurang lebih lima tahun. entah jodoh atau apa kami selalu dipertemukan jika kami saling kangen. nah...minggu kemarin, Uus yang kuliahnya di Tegal (medoknya keluar) hehehe.dia datang ke semarang hanya untuk membeli buku. woooww..kalo dipikir-pikir capek juga ya, jauh-jauh dari Brebes ke semarang hanya untuk membeli buku. itulah perjuangan anak kuliah. jadi jangan remehkan anak kuliahan ya...hehe. oke lanjut, malam harinya kami begadang bareng. kebiasaan anak perempuan kalo udah pada ngumpul ya ngrumpi..ngrumpi apa aja, mulai dari kejadian lucu, pacar, mantan pacar, ya...nostalgila eh nostalgia gitu deh..hehe. besok paginya kami pergi bareng-bareng nyari buku yang akan dipakai buat tugas temen ku itu. tempat pertama kami adalah PASAR JOHAR. ya...pasar johar pasar terbesar di kota Semarang (katanya sii). di situ kami melihat banyak orang yang berjual beli, Uus dan Ade sibuk mencari-cari buku yang cocok untuk jadikan referensi TA nya. Aku, Zaki hanya membantu menanyakan pada penjual. setelah beberapa jam kemudian, Aku dan Zaki merasa bosan dan memutuskan untuk melakukan sesuatu. sesuatu itu adalah (jeng jeng..musik keluar) NARSIS prend...hah???di pasar foto2?hahaha, malu-maluin aja yah..tapi gak apa-apa. kami sudah kebal dengan yang namanya malu. hehe,setelah johar sudah kami kunjungi, lalu target selanjutnya adalah stadion. di situ juga ada buku-buku mulai dari buku pendidikan, kesehatan deelel..hehe
Ella Sponge
jam 11 malam di kamar kost
apakah harga diri itu?apakah penting mempertahankan harga diri kita?jika harga diri itu tidak bisa lagi dipertahankan apa yang harus dilakukan?ada sebagiab orang yang mempunyai harga diri yang tinggi. aku belum menemukan orang yang tidak berharga diri. menjadi orang yang ingin dihargai itu lah orang-orang pakai dalm kehidupan sehari-hari. apakah harga vdiri yang tinggi bisa dikatakan sombong?aku benci dengan orang sombong, riya, suka pamer. dia tidak memikirkan orang di sekelilingnya. tak heran banyak yang tidak suka dengan orang sombong. apakah ada persamaan sombong dan harga diri yang tinggi? menurutku sama saja. orang sobong tidakmau menderita. dia hanya memikirkan kesenangan sendiri saja. tidak melihat orang lain. itulah manusia yang kurang akal. hanya dunia saja yang dipentingkan. selalu memamerkan sesuatu yang dianggapnya baru atau MAHAL. masih ada langit di atas langit. roda terus berputar. jangan sampai kita melupakan ALLAH SWT yang telah memberikan semuanya kepada kita. semoga saja dia sadar apa yang sering dia lakukan. :)
Ella Sponge


RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah             : SMP Negeri 2 Semarang
Mata Pelajaran            : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester          : VII / II
Standar Kompetensi   : 10. Mampu mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi dan pengalaman melalui kegiatan menanggapi cerita dan telepon
Kompetensi Dasar       : 10.2 Mampu bertelepon dengan kalimat efektif dan bahasa yang santun
Alokasi Waktu            : 2 X 40 Menit
Indikator                     : 1. Mampu menulis materi bertelepon sesuai konteks
2. Mampu bertelepon dengan kalimat efektif dan bahasa yang santun sesuai dengan konteks
A.    Tujuan Pembelajaran
1.      Siswa dapat menulis materi bertelepon sesuai dengan konteks
2.      Siswa dapat bertelepon dengan kalimat efektif dan bahasa yang santun sesuai konteks
B.     Materi Pembelajaran
Tata cara bertelepon
Selain menulis surat, kita juga dapat berkomunikasi melalui telepon. Jika berkomunikasi melalui surat kita harus menulis kabar dan mengirimkannya melalui pos. Kita pun harus menunggu lama hingga surat itu sampai.
Dengan telepon kita bisa lebih cepat menyampaikan kabar. Kita hanya mengangkat gagang telepon, menekan nomor yang dituju, lalu berbicara dengan orang yang kita tuju.
Dalam berbicara melalui telepon kita harus menaati aturan bertelepon. Diantaranya adalah:
a)      Mengucapkan salam
b)      Memperkenalkan diri
c)      Menyebutkan nama orang yang akan diajak berbicara
d)     Berbicara dengan orang yang dituju secara singkat dan jelas
e)      Mengakhiri pembicaraan dengan mengucapkan salam.
sumber buku paket Bahasa Indonesia SMP kelas VII Semester 2

C.     Metode Pembelajaran
Tanya jawab
Diskusi
penugasan
D.    Langkah-langkah Pembelajaran
1.      Kegiatan awal
Ø  Guru mengucapkan salam dan berdoa (religius)
Ø  Guru mempresensi kehadiran siswa (disiplin)
Ø  Guru memberikan apersepsi (tanggung jawab)

2.      Kegiatan inti
Eksplorasi
Ø  Guru bertanya jawab dengan siswa mengenai alat komunikasi telepon (rasa ingin tahu)
Ø  Siswa menunjukkan contoh percakapan bertelepon dengan menggunakan bahasa yang santun (mandiri)
Ø  Siswa membentuk kelompok secara bersamaan (kerja sama)
Elaborasi
Ø  Guru memberikan materi mengenai tata cara bertelepon (rasa ingin tahu)
Ø  Siswa mengambil salah satu undian yang berisi konteks yang harus dikerjakan siswa (toleransi)
Ø  Siswa beserta pasangannya membuat percakapan sesuai konteks (kerja sama)
Ø  Siswa menyampaikan percakapan yang telah dibuat bersama pasangannya (kerja sama)
Konfirmasi
Ø  Siswa mengomentari penampilan siswa lain mengenai tata cara bertelepon (bersahabat)
Ø  Guru dan siswa mengomentari percakapan dengan kalimat yang efektif dan bahasa yang santun (jujur)
Ø  bersama-sama dengan guru  membuat rangkuman/simpulan  pelajaran
Ø  melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan 
3.      Kegiatan penutup
Ø  menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ø  Siswa melakukan refleksi dengan cara mengungkapkan keuntungan atau manfaat menguasai cara bertelepon yang benar dalam kehidupan sehari-hari dan kerugian yang mungkin dialami oleh siswa jika tidak menguasai cara bertelepon dengan benar

E.     Sumber belajar
Buku paket Bahasa Indonesia kelas VII
F.      Penilaian
Indikator Pencapaian Kompetensi
Penilaian
Teknik Penilaian
Bentuk Penilaian
Instrumen
·    Mampu menulis materi bertelepon sesui konteks

·    Mampu bertelepon dengan ber­bagai mitra bicara sesuai dengan konteks

Tes praktik/kinerja
Tes simu­lasi


Uji Petik Produk

·    Berteleponlah dengan temanmu sesuai dengan konteks!
·    Bacalah dengan saksama ilustrasi berikut!
·    Kamu tidak masuk sekolah karena sakit. Ingin mengirim surat pemberitahuan kepada guru piket, tidak ada temanmu yang tempat tinggalnya dekat dengan rumahmu. Satu-satu alat komunikasi yang ada di rumahmu hanya telepon rumah. Teleponlah guru piket sekolah sesuai dengan ilustrasi di atas







Rubrik pedoman penskoran untuk uji petik produk (kemampuan bertelepon)
No.
Kegiatan
Skor

1.1 siswa dapat menelepon sesuai dengan tata cara bertelepon dengan bahasa yang tepat (singkat dan jelas) dan sntun
100

1.2 siswa menelepon sesuai dengan tata cara bertelepon dengan bahasa yang santun, tetapi belum tepat (singkat dan jelas)
75

1.3 siswa menelepon sesuai dengan tata cara bertelepon dengan bahasa yang tepat (singkat dan jelas) tetapi belum santun
50

1.4 siswa menelpon sesuai dengan tata cara bertelepon, tetapi tidak menggunakan bahasa yang tepat (singkat dan jelas) dan tidak santun
25

1.5 siswa tidak dapat menelpon sesuai dengan tata cara bertelepon dengan bahasa yang tepat (singkat dan jelas) dan santun
0


                   Skor Perolehan
NILAI = ------------------------------------ x 100
                   Skor Maksimum



Mengetahui,
Kepala sekolah



(Nazla Maharani Umaya, M.Hum)
NIP / NIK : ..........................

Semarang,24 Maret 2012
Guru Mapel BHS Indonesia,



(Laela Nur Fitriana, S.Pd)
NIP / NIK : ..........................


Ella Sponge


Nama   : Laela Nur Fitriana
NPM   : 09410073
Kelas   : 6B
Makul  : ANALISIS WACANA

Paragraf Kohesi Leksikal
Penghuni kos di tempat saya ada berbagai macam karakter  teman-teman. Ada yang pendiam, cerewet, ada juga yang biasa-biasa saja. Kami sangat berbeda. Meskipun berbeda kami selalu saling membantu. Seperti ketika ada seorang yang tidak mempunyai peralatan makan, seperti sendok, piring, atau gelas mereka meminjam kepada kami. Kami senasib seperjuangan. Mulai dari kami bertemu kami sudah saling cocok.  Kami berasal dari daerah yang berbeda-beda. Kami dari kota kecil yang berada di Jawa Tengah, seperti kota Brebes, kota Pekalongan, kota Batang,kota  Rembang, dan masih banyak lagi. Kami tidak menyukai bertengkar atau ribut. Kami sadar disini hanya merantau yang ingin mencari ilmu. Jadi kami harus pandai-pandai mencari teman juga di tempat perantauan kami.  
Keteranagan:
1.      Pengulangan / Repetisi            : teman-teman
2.      Sinonimi                                  : bertengkar atau ribut, senasib seperjuangan
3.      Antonimi                                 : pendiam, cerewet
4.      Hiponimi                                 : peralatan makan, seperti sendok,  piring, atau gelas
5.      Kolokasi                                  : Jawa Tengah, seperti kota Brebes, kota Pekalongan, kota Batang,kota  Rembang
6.      Ekuivalensi                              : merantau = me- + rantau
 perantauan = pe-an + rantau
Ella Sponge

MAKALAH
Mengidentifikasi dan Merumuskan Masalah Penelitian Pendidikan
Disusun guna memenuhi  tugas mata kuliah Metode Penelitian Bahasa
Dosen pengampu: Suyoto




Oleh:
Eko Nurdiantoro                                  09410207
Heny dianingtyas P                              09410069
Laela nur fitriana                                 09410073




JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita selalu diperhadapkan dengan berbagai persoalan atau permasalahan, baik yang bersifat awam maupun masalah yang menuntut pemecahan secara sistematik. Masalah-masalah tersebut pemecahannya sering dengan cara sederhana saja dan bersifat segera dan tidak membutuhkan data-data pendukung.
Disamping masalah-masalah awam, ada masalah-masalah yang bersifat kompleks atau rumit yang pemecahannya menuntut dan memerlukan pengumpulan sejumlah data pendukung yang dipergunakan untuk membuat keputusan dan menarik kesimpulan. Masalah yang seperti inilah yang menjadi perhatian kita, khususnya dalam dunia pendidikan. Masalah seperti ini menuntut metode ilmiah untuk penyelesaiannya, yaitu melalui langkah-langkah tertentu dalam usaha memecahkan masalah yang dijumpai.
Kedudukan masalah dalam alur prosedur penelitian sangatlah penting, bahkan lebih penting dari solusi atau jawaban yang akan diperoleh/dicari, karena masalah yang dipilih dapat menentukan perumusan masalah, tujuan, hipotesis, kajian pustaka yang akan digunakan bahkan juga untuk menentukan metodologi yang tepat untuk memecahkannya. Ada banyak alasan mengapa seseorang melakukan penelitian. Sebagian bertujuan untuk memahami suatu kejadian, situasi, atau keadaan suatu masyarakat. Sebagian yang lain untuk mencari jalan keluar dalam rangka pemecahan masalah dalam kehidupan termasuk masalah pendidikan.
Masalah ialah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada. Misalnya kesenjangan antara luapan jumlah lulusan SMA dengan harapan akan kemampuan perguruan tinggi menampung lulusan itu. Masalah tidak hanya pada pendidikan saja. Dalam penelitiann pendidikan pun harus adanya masalah yang diteliti.




B.     Rumusan Masalah
1.      Apakah pengertian masalah pendidikan?
2.      Bagaimana mengidentifikasi masalah penelitian pendidikan?
3.      Bagaimana merumuskan masalah penelitian pendidikan?
C.     Manfaat
1.      Mengetahui pengertian masalah
2.      Mengetahui identifikasi masalah penelitian pendidikan
3.      Mengetahui rumusan masalah penelitian  pendidikan
































BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian masalah pendidikan
. Definisi Masalah dalam Penelitian Pendidikan
Apakah permasalahan dalam penelitian? John Dewey dan Kerlinger (dalam Sukardi, 2009:21) mendefinisikan bahwa permasalahan adalah kesulitan yang dirasakan oleh orang awam maupun para peneliti. Permasalahan dapat juga diartikan sebagai sesuatu yang menghalangi tercapainya tujuan.
Secara umum, suatu masalah didefinisikan sebagai keadaan atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Masalah sebagai gap antara kebutuhan yang diinginkan dan kebutuhan yang ada (Setyosari, 2010:53). Misalnya, diharapkan bahwa peserta didik memperoleh nilai skor rata-rata 80 dalam suatu ujian. Ternyata, skor rata-rata yang dicapai peserta didik hanya sebesar 60. Ini berarti ada kesenjangan. Rendahnya perolehan skor rata-rata tersebut dapat menjadi suatu masalah, karena untuk mencapai ketuntasan minimal (KKM) mereka harus mendapatkan skor minimal, misalnya 75. Apa sebenarnya yang menjadi penyebab masalah rendahnya skor rata-rata tersebut?.
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24), menyebutkan antara lain:
1. Pengalaman seseorang atau kelompok
 Pengalaman mengajar di kelas, pengamatan terhadap lingkungan sekitar. Pengalaman orang yang telah lama menekuni bidang profesi pendidikan dapat digunakan untuk membantu mencari permasalahan yang signifikan diteliti.
2. Lapangan tempat bekerja
Tempat-tempat dimana seseorang maupun peneliti bekerja adalah juga merupakan salah satu sumber permasalahan yang baik. Para peneliti dapat melihat secara langsung, mengalami dan bertanya pada satu, dua, atau banyak orang dalam pekerjaannya. Seorang guru misalnya, akan merasakan bahwa sekolah dan komponen yang berkaitan dengan tercapainya tujuan sekolah dapat dijadikan sebagai sumber penelitian.


3. Laporan hasil penelitian
Sumber yang ketiga untuk memperoleh permasalahan yang signifikan adalah perpustakaan atau internet di mana hasil-hasil penelitian para peneliti berada. Dari hasil penelitian, yang biasanya dalam bentuk jurnal, biasanya disamping ada hasil temuan yang baru juga ada kemungkinan penelitian yang direkomendasikan karena berkaitan dengan hasil penelitian yang telah ada. Dari banyaknya laporan penelitian, seorang peneliti dimungkinkan dapat memperoleh gambaran permasalahan yang baik untuk diteliti.
4. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain
Perkembangan ilmu pengetahuan yang lain di luar bidang yang dikuasai seringkali memberikan pengaruh munculnya permasalahan penelitian. Misalnya, gerakan reformasi yang muncul setelah Orde Baru, ternyata telah memunculkan dan mempengaruhi sikap dan tuntutan para guru untuk memperoleh gaji dan status profesi yang lebih baik. Era global telah mempengaruhi mobilitas dan transformasi tenaga kerja di beberapa negara, serta telah mempengaruhi sistem pendidikan dan sistem penilaian lulusan sekolah menengah kejuruan (SMK). Gerakan hak asasi manusia di masyarakat telah mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat menjadi lebih berani dalam mengajukan hak-haknya yang telah lama hilang.
Namun demikian, masalah yang bersumber dari tempat yang tepat belum tentu semuanya dapat digunakan sebagai masalah penelitian, maka perlu adanya identifikasi masalah oleh peneliti.

B.     Identifikasi masalah
           Mengidentifikasi masalah bukan hal yang mudah dan bahkan mungkin dapat dianggap sebagai sesuatu pekerjaan yang paling sulit dalam suatu proses penelitian. Kesulitan tersebut masih bertambah karena tidak adanya formulasi yang pasti dalam hal bagaimana mencari permasalahan penelitian. Olehnya itu biasanya para peneliti selalu berkonsultasi dengan pembimbing atau sesama peneliti. Kesulitan mencari permasalahan biasanya juga tergantung pada ketajaman para peneliti itu sendiri dalam menyeleksi dan merasakan sesuatu yang dapat dimasukkan sebagai permasalahan.
Mengidentifikasi masalah-masalah penelitian bukan sekedar mendaftar sejumlah masalah, tetapi kegiatan ini lebih daripada itu karena masalah yang telah dipilih hendaknya memiliki signifikansi untuk dipecahkan. Berdasarkan identifikasi terhadap masalah-masalah, maka peneliti menentukan skala prioritas yaitu menentukan masalah-masalah mana yang perlu segera dilakukan pemecahan.
               Dengan demikian dapat dikatakan bahwa identifikasi masalah merupakan upaya untuk mengelompokkan, mengurutkan sekaligus memetakkan masalah-masalah tersebut secara sistematis berdasarkan keahlian bidang peneliti. Bila daftar pertanyaan telah dibuat dan disusun sesuai urutan yang paling mendasar, maka perlu dipilih dan ditemukan (identifikasi) masalah yang laik untuk dilakukan penelitian dan dicari jawabannya. Laik tidaknya suatu masalah yang diteliti tergantung ketajaman dan kemandirian ( kepekaan, kesiapan dan ketekunan) peneliti yang bersangkutan. Identifikasi masalah perlu memperhatikan apakah masalah/ fokus yang dipilih cukup: (1) esensial/ menduduki urutan paling penting diantara masalah-masalah yang ada,
 (2) urgen/mendesak untuk dipecahkan,
(3)bermanfaat bila dipecahkan.
            Dalam dunia pendidikan masalah yang ditemukan/teridentifikasi dapat dikelompokkan menjadi 5, yaitu: proses pembelajaran, siswa, guru, hasil belajar (output) dan hasil belajar jangka panjang (outcome). Walaupun dari proses identikasi masalah telah berhasil ditemukan satu masalah, ternyata masih perlu mempertimbangkan beberapa hal untuk menjadikannya sebagai fokus penelitian. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat/motivasi/dorongan peneliti, kemampuan peneliti,lokasi penelitian, sumber data (populasi dan sampel), waktu, pendekatan/metode yang digunakan, buku sumber yang tersedia, etika dan birokrasi. Bila kesemua hal tersebut telah terpenuhi maka suatu fokus masalah dapat dijadikan sebagai masalah penelitian untuk dicari jawabannya.
C.     Merumuskan Masalah dalam Penelitian
             Suatu masalah yang dipilih, menurut Tuckman dalam Setyosari (2010) harus memiliki ciri-ciri khusus (karakteristik) sebagai berikut:
1. Masalah menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih
Masalah sebaiknya mencerminkan hubungan dua variable atau lebih, karena pada praktiknya peneliti akan mengkaji pengaruh satu variable tertentu terhadap variabel lainnya. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui ada dan tidaknya pengaruh “gaya kepemimpinan kepala sekolah” (variable satu) terhadap “kinerja guru” (variable dua). Jika seorang peneliti hanya menggunakan satu variabel dalam merumuskan masalahnya, maka yang bersangkutan hanya melakukan studi deskriptif, misalnya “Gaya kepemimpinan kepala sekolah di SMA X”. Peneliti dalam hal ini hanya akan melakukan studi terhadap gaya kepemimpinan yang ada tanpa mempertimbangkan faktor-faktor lain baik yang mempengaruhi atau dipengaruhi oleh gaya kepemimpinan tersebut.
Contoh lain:
Hubungan antara motivasi guru dan prestasi kerja.
Motivasi: variable satu;
Prestasi kerja: varible dua.

2. Masalah dinyatakan atau dirumuskan secara jelas, tidak bermakna ganda, dan dalam bentuk kalimat tanya
Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak bermakna ganda atau memungkinkan adanya tafsiran lebih dari satu dan dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya.
Contoh:
a. Apakah ada hubungan antara promosi dengan jumlah pendaftaran murid baru?
b. Apakah status sekolah mempengaruhi minat orangtua murid?
c. Apakah desain produk hand phone mempengaruhi keputusan membeli konsumen?
d. Apakah ada hubungan antara minat baca dengan tingginya indeks prestasi?
Contoh-contoh di atas mencerminkan rumusan masalah yang jelas dan tidak bermakna ganda. Pada contoh “a” peneliti ingin mengkaji hubungan variable promosi dengan variable jumlah pendaftaran murid baru. Pada contoh “b” peneliti ingin melakukan studi tentang hubungan variable “status sekolah” dengan variable “minat orangtua murid”. Pada contoh “c” peneliti akan mengkaji hubungan antar variable “desain produk handphone” dengan variable “keputusan membeli”. Pada contoh “d” peneliti akan mengkaji hubungan antar variable “minat baca” dengan “indeks prestasi”.
Variabel-variabel yang dicakup dalam rumusan masalah itu merupakan suatu petunjuk yang paling baik dalam pengujiannya. Rumusan pertanyaan penelitian yang harus dihindari misalnya: Apakah pengalaman yang luas dalam kehidupan bermasyarakat itu meningkatkan pandangan hidup seseorang dalam hidupnya? Variabel seperti “pengalaman luas” dan “pandangan hidup” merupakan sesuatu yang kompleks dan kabur, yang sulit didefinisikan, diukur, dan bahkan dimanipulasi atau diolah.

3. Dapat diuji secara empiris
Masalah harus dapat diuji secara empiris, maksudnya perumusan masalah yang dibuat memungkinkan peneliti mencari data di lapangan sebagai sarana pembuktiannya. Tujuan utama pengumpulan data ialah untuk membuktikan bahwa masalah yang sedang dikaji dapat dijawab jika peneliti melakukan pencarian dan pengumpulan data. Dengan kata lain masalah memerlukan jawaban, jawaban didapatkan setelah peneliti mengumpulkan data di lapangan dan jawaban masalah merupakan hasil penelitian.

4. Hindari penilaian moral atau etika
Sebaiknya peneliti menghindari masalah-masalah yang berkaitan dengan idealisme atau nilai-nilai, karena masalah tersebut lebih sulit diukur dibandingkan dengan masalah yang berhubungan dengan sikap atau kinerja. Misalnya kita akan mengalami kesulitan dalam mengukur masalah-masalah seperti berikut ini:
•Haruskah semua siswa tidak mencontek dalam ujian?
•Haruskah semua siswa rajin dalam belajar?

Akan lebih baik kalau masalah tersebut dijadikan dalam bentuk seperti:
•Hubungan antara kesiapan ujian dan nilai yang diraih
•Pengaruh kerajinan siswa terhadap tingkat kelulusan

Masalah adalah penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, antara teori dengan praktek, antara aturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan (Sugiono, 2006:52).
Pengertian masalah adalah hubungan antara dua hal atau lebih yang tidak atau belum jelas, dan membingungkan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian untuk menemukan kejelasan hubungan antara dua hal atau lebih yang membingungkan (Soegeng, 2008:28)
Untuk meningkatkan kemempuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, ia harus giat mencari masalah dari sumber-sumbernya. Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan adalah:
1)      Bacaan
Seseorang peneliti harus rajin membaca, terutama jurnal-jurnal penelitian atau laporan penelitian. Pada umumnya penelitian ilmiah jarang menjawab permasalahan dengan tuntas. Bahkan suatu penelitian itu memberi rekomendasi tertentu untuk diteliti lebih lanjut.
2)      Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
Peserta-peserta seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah membawa makalah-makalah yang memecahkan permasalahan menurut bidangnya masing-masing. Mungkin saja masalah itu perlu diteliti pula dari segi ilmu yang lain.
3)      Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas
Sering dalam ceramah atau pernyataan seorang pejabat tinggi misalnya seorang mentri bahwa ada suatu masalah yang harus dipecahkan.demikian pula pernyataan ahli-ahli tertentu yang disiarkan melalui media massa mengenai suatu permasalahan. Sehingga seorang peneliti tergugah untuk menelitinya. Umpamanya seorang administrator pendidikan di Sumatera Utara mengatakan, bahwa kemunduran mutu pendidikan di Sumatera Utara disebabkan mundurnya dedikasi guru-guru di SD hingga SLTA. Seorang peneliti tergugah untuk menguji kebenaran pernyataan itu.  
4)      Pengamatan sekilas
Mungkin seorang ahli ketika melakukan perjalanan dinas melihat suatu gejala yang tidak sehat yang perlu dipecahkan. Untuk pemecahannya harus diadakan penelitian terlebih dahulu. Umpamanya seorang ahli staf BP3K, melihat dalam peninjauan ke daerah terdapat banyak anak-anak dari usia sekolah tidak bersekolah walaupun SD inpres sudah ada di tempat itu.
5)      Pengalaman pribadi
Dari pengalaman pribadi seseorang yang berminat dalam penelitian mungkin muncul suatu pertanyaan yang mendorong ia melakukan penelitian. Umpamanya seorang dosen setelah mengajar selama beberapa tahun memperhatikan bahwa mahasiswa dari sekolah-sekolah kejuruan lanjutan atas yang telah bekerja sedikitnya dua tahun semua berhasil mengikuti kuliahnya dengan baik.
6)      Perasaan dan ilham
Dalam benak seorang peneliti yang sudah berpengalaman mungkin tiba-tiba muncul suatu pertanyaan yang mendorong melakukan penelitian. Mungkin saja pertanyaan itu tiba-tiba ia rasakan ketika ia sedang santai-santai dengan anggota keluarganya. Umpamanya seorang peneliti ketika santai berbincang-bincang dengan ptra-putranya yang remaja memperhatikan rambut gondrong mereka. Tiba-tiba muncul dalam pikirannya.
Sejauh mana generasi muda sekarang menyukai rmbut gondrong? Bilamana seorang peneliti mendapatkan suatu permasalahan dari salah satu sumber tersebut di atas, perlu ia pertimbangkan masalah itu perlu atau dapatkah ia teliti? Maka ada kriteria tersebut baginya untuk memutuskan perlu tidaknya atau dapat tidaknya ia meneliti pemecahan persoalan itu.



































BAB III
PENUTUP

  1. Simpulan
Masalah ialah kesenjangan antara harapan akan sesuatu yang seharusnya ada dengan kenyataan yang ada.
Masalah dalam penelitian pendidikan dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terkait dengan bidang pendidikan, Sukardi (2009:22-24), menyebutkan antara lain:
1.Pengalaman seseorang atau kelompok.
2. Lapangan tempat bekerja.
3. Laporan hasil penelitian.
4. Sumber-sumber yang berasal dari pengetahuan orang lain.
Untuk meningkatkan kemempuan melihat suatu masalah yang perlu diteliti, ia harus giat mencari masalah dari sumber-sumbernya. Adapun yang menjadi sumber utama permasalahan adalah:
1.      Bacaan
2.       Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah
3.      Pernyataan dari orang yang memiliki otoritas
4.      Pengamatan sekilas
5.      Pengalaman pribadi
6.      Perasaan dan ilham
  1. Saran
Ucapan syukur pada ALLAH SWT, yang telah memberikan limpahan karunia-Nya pada kami sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah ini bersama teman-teman. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan berguna bagi semuanya. Semoga semua ilmu yang didapat dari mata kuliah Metode             Penelitian Bahasa  ini dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan yang dapat bermanfaat bagi kehidupan, dan berbagai informasi pada isi makalah ini dapat diterapkanya pada peserta didik kelak (bagi pendidik).

DAFTAR PUSTAKA
Margono. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta:Rineka Cipta
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan.  Jakarta: Bumi Aksara